Satu kesatuan iman, Islam, dan ihsan akan tampak pada hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang menyebutkan riwayat Jibril yang menjelaskan ihsan selain iman dan islam kepada Rasulullah.
“Ihsan adalah menyembah Allah seolah kau melihat-Nya. Tetapi kalaupun kau tidak melihat-Nya, niscaya Dia tetap mengawasimu.”
Rasulullah pada suatu kesempatan menyebut kaitan erat ihsan dan iman. “Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya (ihsan),” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Baihaqi, dan Ad-Darimi).
Al-Munawi menjelaskan tempat penting ihsan sebagai perwujudan keimanan karena agama Islam berdiri di atas pilar ihsan dan kemurahan hati. Tanpa keduanya, keberislaman seseorang tidak akan bernilai baik.
Nilai sempurna dan cacat keimanan seseorang bergantung pada kebaikan adab atau budi pekertinya.
Ketika akhlak dimaknai sebagai watak dasar manusia, maka adab adalah ekspresi yang lahir dari watak tersebut.