Di papan itu tertulis sebuah statemen berharga yang di kutip banyak netizen, yang berbunyi;
الإحتفال بالمولد الشريف لا يحتاج إلى حديث صحيح بل يحتاج إلى قلب صحيح
Artinya,“Perayaan hari kelahiran sang insan mulia itu, tidak butuh hadist shahih, perayaan ini hanya butuh hati yang sehat.”
Statemen singkat ini menuai banyak kontroversi. Walau sebenarnya, jika di renungkan lebih serius, objek kajian pernyataan di atas bukan pada “tidak butuh hadist shahih”.
Tetapi, bahwa merayakan maulid Nabi sangat membutuhkan pembacaan hati yang sehat.
Mengingat, sangat sia-sia hadist shahih yang bertebaran di mana-mana itu jika tidak di baca secara sehat dengan hati yang juga sehat.
Berikut hadist yang di maksud;
Pertama, merdekanya Tsuwaibah, budak Abu Lahab Dalam al-Mushannaf (juz 9, hal. 61) imam Abu Bakr Abdurrazzaq bin Himam as-Shan’ani (w. 211 H) di sebutkan;
أَنَّ أَبَا لَهَبٍ أَعْتَقَ جَارِيَةً لَهَا، يُقَالُ لَهَا ثُوَيْبَةُ وَكَانَتْ قَدْ أَرْضَعَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَأَى أَبَا لَهَبٍ بَعْضُ أَهْلِهِ فِي النَّوْمِ فَسَأَلَهُ مَا وَجَدَ؟ فَقَالَ: مَا وَجَدْتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ مِنِي وَأَشَارَ إِلَى النُّقْرَةِ الَّتِي تَحْتَ إِبْهَامِهِ فِي عِتْقِي ثُوَيْبَةَ
Artinya, “Dahulu, Abu Lahab memerdekakan seorang budak perempuannya yang bernama Tsuwaibah, Tsuwaibah juga pernah menyusui baginda Nabi.
Suatu ketika, salah seorang famili Abu Lahab (Abbas bin Abdul Mutthalib) pernah bermimpi bertemu dengannya, lalu bertanya perihal perlakuan yang ia dapatkan di alam barunya.