Kedua, puasa hari senin sebagai media syukur Nabi atas kelahirannya Inti dari perayaan maulid baginda Nabi Muhammad seperti yang kita saksikan dan banyak di rayakan ini adalah rasa syukur atas kelahiran sang insan paripurna.
Siapa yang tidak bahagia atas kelahirannya. Jangankan manusia, pepohonan bahkan bebatuan juga turut merasakannya. Terlalu banyak dalil yang menjelaskannya dan tidak perlu di jejali dalam tulisan singkat ini.
Karena perayaan maulid di dorong oleh rasa syukur, maka jelas bukan persoalan bagi yang melakukannya.
Justru sebaliknya, persoalan besar bagi yang mengharamkan dan membid’ah-bid’ahkannya.
Baginda Nabi saja, sebagai ekspresi syukurnya yang teramat besar karena telah dilahirkan di dunia ini dengan segala kesempurnaan dan kemanfaatannya untuk seluruh jagat semesta, ia merayakannya dengan berpuasa di setiap hari senin, hari kelahirannya.
Abu Qatadah meriwayatkan sebuah hadist;
أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلم سؤل عن صوم يوم إثنين؟ فقال: فيه ولدت وفيه أنزل عليّ
Artinya, “Baginda Nabi ditanya tentang puasa hari senin (yang rutin di kerjakannya)? Nabi menjawab, ‘Karena di hari itulah aku di lahirkan dan hari itu pula wahyu di turunkan kepadaku’.” (HR Muslim dalam Shahih Muslim [juz II, hal. 820]).
Urusan ekspresi syukur, setiap orang bisa berbeda-beda. Tergantung budaya dan tradisi yang berlaku, selama masih dalam pantauan syariat.