Jika kita merasa, membangun sikap, dan tindakan berdasar keadaan di atas, tentu saja kita telah, secara tidak disadari, menjadi syirik.
Itulah syirik khafi di mana kita telah menomorsatukan bisikan, kemauan egoisme kita bukan keinginan dari Allah azza wa jalla.
Ketika kita hendak menikmati kelezatan kehidupan ini, ketika tidak ada bersitan di hati untuk menghamba, menerima nikmat-Nya dan kemudian memanjatkan syukur pada-Nya, maka rangkaian aktivitas batiniah tersebut termasuk pada kesyirikan.
Sia-sialah pekikan Allahu Akbar dari lisan kita, sementara yang kita agungkan dalam kondisi rohani kita sebenarnya adalah nafsu kita yang sedang berpakaian kebengisan.
Selagi kita menyerap rasa dengki ke dalam perasaan dan pemikiran kita, kemudian muncul menjadi kata dan tindak, itu syirik.
Terakhir, yang paling berbahaya adalah kesombongan. Kesombongan yang sangat halus sering kita praktikkan tanpa sadar dalam kehidupan sehari-hari dengan hiasan ilmu yang kita kuasai.