Setelah menamatkan kitab tersebut, penulis mendapatkan selembar fotokopi ijazah yang menyebutkan mata rantai keilmuan KH Maimoen Zubair sampai kepada pengarang kitab tersebut, yakni Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
Kontekstualisasi
Kitab-kitab kuning menjadi referensi utama yang menjadi pegangan santri dalam mempelajari ilmu-ilmu agama.
Para kiai yang membacanya akan memberikan penjelasan yang melampaui dari sekadar teks yang di sajikan penulisnya.
Sebab, mereka akan mengutip penjelasan dari berbagai kitab pendukung lainnya, khususnya kitab lain yang menjadi penjelas (syarah/hasyiyah) dari kitab utama.
Pun, para kiai juga akan menyampaikan penjelasan atas makna teks di sesuaikan dengan konteks terkini.
Di tempat mereka tinggal dan konteks zaman yang melatarinya tanpa menafikan konteks sejarahnya.
Kontekstualisasi ini merupakan bagian dari upaya agar kitab-kitab yang di kaji ini relevan dengan kondisi lingkungan dan waktu saat di pelajari.