Dalam tradisi maknani berbahasa Jawa, diksi-diksinya juga terkadang berbeda dengan bahasa tuturan. Pilihan diksi ini juga menunjukkan arti yang sekiranya semakna betul dengan teks bahasa Arabnya.
Sebagaimana di ketahui, bahasa tidak lepas dari kulturnya sehingga terdapat disparitas antara teks asli dengan makna terjemahan. Diksi yang dipilih itu diseleksi betul supaya memangkas disparitas itu agar tidak terlalu jauh.
Pilihan diksi terjemahan bahasa daerah yang di pilih kiai biasanya akan di ikuti pula oleh santri-santrinya.
Menurut Iip (2009), hal itu adalah bagian dari takzim santri kepada kiainya, mengikuti segala apa yang dicontohkan kiainya, termasuk dalam soal pilihan diksi atas makna teks yang di kajinya.
Hal demikian menunjukkan keterhubungan makna yang terus diwariskan secara simultan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kitab kuning merupakan jembatan yang menghubungkan peradaban masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.