Artinya, “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, –sungguh Dia adalah Maha Pengampun–, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untukmu,’” (Surat Nuh ayat 10-12).
Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani mengutip hadits Rasulullah saw perihal praktik Shalat Istisqa dalam karyanya, Bulughul Maram, sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: خَرَجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَرَسِّلًا, مُتَضَرِّعًا, فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي اَلْعِيدِ, لَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِهِ رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَأَبُو عَوَانَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ
Artinya, “Sahabat Ibnu Abbas ra berkata, Nabi Muhammad saw keluar rumah dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah.